Jumat, 22 Mei 2009

Muslimah, Rezeki, dan Jilbab

Ya Allah fenomena apa ini? Ketika banyak orang yang mengerti akan perintah-Mu, malah tidak melaksanakannya. Ketika banyak orang melaksanakannya, malah tidak mau mengajak saudaranya yang laen untuk kembali ke jalan-Mu. Mungkin hambaMu ini memiliki andil baik sedikit atau banyak dari timbulnya gejala tersebut. Ya..memang alas an pekerjaan menjadi sangat sensitive untuk dibahas. Menjadi hal yang sepertinya nggak usah diungkit-ungkit. Allah…Engkaulah satu-satunya, The Only One yang memberi dan mengatur rezeki manusia, tidak hanya manusia bahkan hewan dan Tumbuhan serta alam semesta ini Engkau yang mencukupkannya. Udara, Sinar Matahari, Hujan, Tumbuhnya tanaman di bumi, Engkaulah yang mengaturnya. Semua itu Engkau beri Cuma-Cuma.

“ Dialah yang menurunkan air hujan dari langit, lalu Kami tumbuhkan dengan air itu segala macam tumbuh-tumbuhan maka Kami keluarkan dari tumbuh-tumbuhan itu tanaman yang menghijau. Kami keluarkan dari tanaman yang menghijau itu butir yang banyak; dan dari mayang korma mengurai tangkai-tangkai yang menjulai, dan kebun-kebun anggur, dan (Kami keluarkan pula) zaitun dan delima yang serupa dan yang tidak serupa. Perhatikanlah buahnya di waktu pohonnya berbuah dan (perhatikan pulalah) kematangannya. Sesungguhnya pada yang demikian itu ada tanda-tanda (kekuasaan Allah) bagi orang-orang yang beriman.” (QS> Al An’am:99)

„Maka nikmat Tuhan kamu yang manakah yang kamu dustakan?“ (QS. Ar Rahman :13)

Padahal jika manusia mengerahkan tenaganya, hartanya atau materinya dengan peralatan yang super canggih sekali pun tidak akan dapat menyamai dan tidak akan dapat memberikan apa yang Allah berikan. Sinar Matahari apakah manusia bisa menciptakannya? Padahal menurut Hukum Kekelaan Energi yang berbunyi Energi tidak dapat diciptakan dan tidak dapat dimusnahkan. Manusia hanya diberi kemampuan untuk memindahkannya dalam bentuk lain.
Sekali lagi...
„Maka nikmat Tuhan kamu yang manakah yang kamu dustakan?“ (QS. Ar Rahman :13)

Energi bisa dimanfaatkan secara langsung dan bisa diubah menjadi energi lain untuk kepentingan umat manusia, listrik, BBM, dan masih banyak lainnya. Coba jika Allah tidak membuatnya bisa diubah menjadi energi lain maka, apa yang terjadi?
Sudah cukup deh rasanya, dan nggak akan cukup ngomongin Nikmat-nya Allah kepada kita. Tapi kenapa manusia malah membangkang dari perintah Allah. Apakah ini rasa syukur kita? Dengan meninggalkan sedikit demi sedikit perintahNya.
Kembali ke topik awal, masalah pekerjaan menjadi sangat sensitif untuk dibahas. Mengapa? Karena pekerjaan dianggap sebagai sumber rezeki, sumber meraih penghasilan untuk memenuhi kebutuhan manusia. Aturan manusia yang membuatnya bertentangan dengan aturan Allah SWT. Apalagi jika yang memiliki tempat kerja atau perusahaan adalah orang kafir atau orang non-Muslim yang sudah merasa ketakutan sendiri melihat pekerjanya yang kebanyakan wanita menggunakan jilbab.
Misalnya untuk muslimah, memang kewajiban bekerja ada pada laki-laki sebagai kepala keluarga, tapi ada kewajiban yang tidak tertulis bagi wanita untuk membantu ekonomi keluarga. Muslimah menjadi sangatlah rawan dalam hal ini, mengapa? Karena tidak sedikit perusahaan yang tidak mau menerima pekerja berjilbab. Dan untuk orang ammah sih dengan gampangnya melepas hijab mereka, karena pemahaman yang kurang terhadap pentingnya menutup aurat. Sedangkan untuk yang lebih memiliki pemahaman lebih dalam ada kondisi dimana adanya tarik-menarik antara 2 pilihan yang sangat berat. Memilih tetap berjilbab dan mencari pekerjaan lain ataukah memilih bekerja di tempat itu dengan konsekuensi lepas jilbab. Ya...tinggal kuatan mana gitu.
Jika kita memilih bekerja di tempat dimana perintah Allah dilanggar, apakah kita tidak takut dinamakan menyekutukan Allah? Lebih memilih untuk mematuhi aturan manusia dari pada aturan Rabb kita, yang menciptakan kita. Masya Allah…lindungilah hambaMu ini, dan lindungilah saudara-saudara hamba dari keputusasaan mencari Rahmat di jalan-Mu.
„Katakanlah: "Siapakan yang memberi rezeki kepadamu dari langit dan dari bumi?" Katakanlah: "Allah", dan sesungguhnya kami atau kamu (orang-orang musyrik), pasti berada dalam kebenaran atau dalam kesesatan yang nyata. „ (QS. Saba’ : 24)


Mengapa kita tidak yakin akan rezeki yang sudah diatur oleh Allah, apakah alasannya karena tidak ada tempat bekerja lain?
Apa benar tidak ada lahan pekerjaan lain?
Sebenarnya ada, tapi kita malu untuk melakukannya,
mengapa?
Karena pekerjaan itu memalukan.
Tidakkah kita malu dengan Allah karena demi rezeki (yang Allah sendirilah yang menciptkan untuk kita) tapi kita lebih memilih untuk meninggalkan perintahNya, memilih jalan lain untuk menjemputnya. Astaghfirullah...ampuni hambaMu ini. Mungkin hamba memiliki andil dalam semua ini, ketidakberdayaan diri ini dalam mengahdapi situsi seperti itu, sehingga hamba membiarkan saudara-saudara hamba meninggalkan perintahMu. Betapa kecilnya subangsih diri ini dalam dunia dakwah nyata di masyarakat. Ya...semoga Allah mengampuni...paling tidak hal yang bisa kita lakukan adalah memulai dari diri sendiri. Kita tumbuhkan tekad untuk menegakkan perintah Allah, mulai dari perilaku kita sendirilah yang akan menjadi sarana untuk mengajak saudara kita di jalan-Nya. Karena Islam itu agama Perilaku, perilaku lebih diperhatikan dari pada hanya sekedar teori tanpa praktek.

Sedikit amal tidaklah mengapa, karena yang sedikit itu lama-lama menjadi bukit. Selama istikomah. Walaupun ilmu setinggi angkasa, tanpa amal tiadalah guna.
Semoga Allah memberikan hidayah kepada kita semua, dan tetap berjalan di jalan-Nya yang lurus. Amiin. Keep Fight!!!^_^

Created by:
anita

Tidak ada komentar: