Rabu, 22 April 2009

Wanita, Karir, dan Keluarga


Dalam rangka memperingati hari Kartini yang jatuh pada tanggal 21 April kemarin postingan kali ini saya fokuskan pada wanita, karier, dan keluarga. Kebanyakan hal yang digembar-gemborkan oleh aktivis wanita atau perempuan sekarang ini adalah kesetaraan gender. Dimana kesetaraan gender menurut mereka adalah persamaan hak atas hak pria atau laki-laki dengan hak wanita atau perempuan. Jika kita telaah, antara wanita dan pria yang melakukan sebuah pekerjaan. Saat para lelaki melakukan pekerjaannya, atau bekerja. Mereka mempunyai tujuan. Pertama, yang biasanya belum menikah. Maka tujuannya adalah untuk menikah. Yang kedua, jika lelaki ini sudah menikah. Maka tujuannya adalah, memberikan nafkah kepada keluarga. Seburuk-buruk suami, tetap suami itu ingin memberikan nafkahnya kepada keluarganya! Tetapi, jika wanita bekerja. Biasanya yang terjadi. Pertama, untuk wanita yang belum menikah, tujuannya adalah dua. Menabung untuk pernikahan, atau menabung untuk urusannya sendiri. Kedua, tujuan wanita bekerja yang mempunyai suami. Biasanya untuk membantu pemasukan keungan keluarga. Tetapi, itupun tidak mutlak biasanya juga untuk kebutuhannya sendiri!
Masalah yang dihadapi oleh wanita yang berperan ganda, yaitu wanita sebagai ibu rumah tangga dan wanita sebagai wanita karier, adalah masalah kurangnya perhatian keluarga dikarenakan perannya sebagai ibu atau istri menjadi berkurang. Masalah yang timbul pun bermacam-macam contohnya :
- kurangnya kasih sayang seorang ibu jika wanita tersebut mempunyai anak
- terpicunya pertengkaran antara suami dan istri (biasanya sih si suami kurang diperhatikan atau mungkin karena gaji sang istri membuat suami menjadi minder sebagai kepala keluarga) dll deh 

Jika alasan seorang istri bekerja adalah untuk membantu suami memenuhi kebutuhan ekonomi, memang sebuah tujuan yang mulia, tetapi jangan sampai tanggung jawab utamanya terabaikan. Dalam Islam, wanita dibolehkan bekerja. Dan tidak dikekang. Makna gender dalam Islam pun tidak bias. Tidak seperti apa yang diperjuang oleh para feminimisme. Karena, setiap perjuangan atau pekerjaan yang dilakukan oleh wanita-wanita muslim. Sudah sangat jelas. Ada tujuannya. Tujuannya tetap untuk keberhasilan keluarga. Tetapi, jika perjuangan para feminimisme yang bias gender itu. Tidak mempunyai tujuan yang jelas, kecuali hanya egoisme dengan hawa nafsunya sendiri! 
Dalam Islam, sudah jelas. Bahwa tujuan yang diharapkan oleh para wanita muslim. Adalah untuk keluarga. Jadi keluargalah yang nomer satu. Banyak cerita kan seorang wanita yang sukses dalam kariernya belum tentu sukses mendidik anak-anaknya, apalagi jika kedua orang tua sibuk bekerja, anak menjadi terabaikan dan cenderung mencari “pelarian lain”, hingga pergaulannya pun tidak terawasi, dengan siapa dia bergaul tidak dapat diketahui, tau-tau…anak ditemukan dalam keadaan over dosis obat-obatan terlarang..hiii..serem banget ya ceritanya. Sebuah puncak karier yang tinggi, bagi seorang wanita. Adalah, saat mereka bisa mendidik anak-anak mereka dengan kemuliaan akhlak bagus, akhidah yang kuat, dan kepintaran yang membuat mereka dapat bertahan dalam kehidupannya. Sehingga tercipta keluarga yang sangat harmonis dalam kehidupannya. Dengan kata lain, wanita itu telah mendapatkan kesakinahan keluarga yang selalu diharap-harapkannya. Islam, tidak memandang wanita kaya raya, tetapi keluarganya hancur berantakan. Tetapi, Islam akan memandang seorang istri yang bisa menciptakan suasana yang hangat dalam keluarganya. Mendidik anak-anaknya dengan perbuatan kebaikan seorang ibunya. Itulah puncak karier yang paling tinggi. Karena sangat sulit untuk membentuk keluarga seperti itu! Harus dengan intensif, seorang ibu menjaga anak-anaknya untuk mencapai keluarga yang seperti kita harapkan!”


 


Tidak ada komentar: