Rabu, 22 April 2009

Beberapa langkah menjaga harga diri

Beberapa langkah yang dapat kita lakukan untuk menjaga harga diri kita sebagai seorang muslimah,
yaitu;
Pertama, tingkatkan hubungan dengan Allah swt dan senantiasa berdoa agar diberikan kekuatan dan bimbingan.
Kedua, tingkatkan pemahaman tentang agama, khususnya fiqh wanita.
Ketiga, ciptakan lingkungan yang selalu menegakkan prinsip 'amar ma'ruf nahi mungkar.
Keempat, rajin meminta nasihat dan doa kepada orang-orang yang terjamin keshalihannya.
Kelima, jangan putus beramal shalih.
Keenam, jangan pernah putus harapan terhadap rahmat Allah.
Insya Allah, harga diri kita selalu terjaga dan dijaga Allah.
Sumber dari Ummi online.
Wassalam.

Eksistensi Wanita

EKSISTENSI WANITA

Penulis: Hidayaturrahman

alhikmah.com - Allah menciptakan pria dan wanita serta menjadikan mereka
saling menyenangi, menimbulkan perasaan ketertarikan serta merasa adanya
hubungan yang erat sekali, sehingga tidak seorangpun yang dapat melepaskan diri
darinya. Allah juga menciptakan dalam diri anak Adam hawa nafsu guna menjamin
kelangsungan eksistensi manusia di muka bumi. Sehingga dengan potensi yang
dimilikinya manusia dapat melakukan regenerasi.

Kecenderungan terhadap lawan jenis (baca; wanita) inilah yang kemudian
dijadikan senjata yang sangat ampuh oleh setan demi melancarkan serangan maut dan
mematikan, supaya manusia tergelincir dari jalan Allah Swt.

Hal inilah yang diingatkan oleh Rasulullah Saw dalam sabdanya:" Tidak ada
fitnah (cobaan) yang aku tinggalkan yang lebih berbahaya terhadap kaum lelaki
dibandingkan dengan kaum wanita" (HR. Bukhari-Muslim).

Akal tidak akan mampu membendung dan menolak ketertarikan pria kepada
wanita, bahkan keinginan seperti itu mampu menguasai akal, memperalatnya, menutup
dan membatasinya. Aturan manapun tidak mampu menaklukkan naluri manusia ini
atau menghambat aktivitasnya, karena itu seorang manusia apabila sudah
berhadapan dengan syahwatnya tidak peduli lagi pada kekuatan dan tidak takut pada
kekuasaan.

Sering terjadi Undang Undang dan peraturan yang membantu mewujudkan
kenistaan, mendukung terang-terangan pelacuran dan membela perbuatan terkutuk
lainnya. Hal ini menunjukkan manusia modern yang pada satu sisi mencapai ilmu
pengetahuan dan teknologi, tetapi pada sisi lain mereka mencapai puncak prilaku
asusila, sehingga seorang pemimpin yang jelas dan nyata melakukan perselingkuhan
dipertahankan untuk memimpin.

Mereka kalah dalam menghadapi hawa nafsu, jatuh dalam menghadapi godaan
seksual, yang pada akhirnya mereka terjungkal balik menjadi pelayan dan budak
yang patuh melayani keinginan nafsu syaitani.

Firman Allah:" Maka pernahkah kamu melihat orang yang menjadikan hawa
nafsunya sebagai tuhannya, dan Allah membiarkannya sesat berdasarkan ilmu-Nya, dan
Allah telah mengunci mati pendengaran dan hatinya serta meletakkan tutupan
atas penglihatannya ? Maka siapakah yang akan memberinya petunjuk sesudah
Allah. Maka mengapa kamu tidak mengambil pelajaran?" (Q.S. Al-Jaatsiyah: 23).

Sejarah membuktikan betapa banyak para pahlawan penakluk dan para panglima
perkasa dapat takluk bertekuk lutut dihadapan wanita, Bill Clinton harus
menerima nama buruk karena Monika Lewinsky, begitu juga Margaret Teacher harus
turun dari tahta kekuasaannya karena wanita, lalu siapa lagi yang akan menyusul?
Faktalah yang akan menunjukkan dan Wallahu a’lam.

Semua perangkat disediakan untuk mengekploitasi wanita; Modernisasi
merupakan senjata ampuh melancarkan budaya permisivisme. Kesucian menjadi barang
super langka dalam kehidupan ini. Pemuda dan pemudi yang bersenggolan atau
bertabrakan dalam sebuah suasana ikhtilath , yang cukup diselesaikan hanya dengan
lips service maaf dan terjadilah saling memaafkan.

Yang terjadi bukan hanya itu, melainkan senyuman yang diiringi dengan
obrolan. Selanjutnya terjadi perkenalan dalam tempo singkat, yang kemudian dihiasi
dengan bunga-bunga syahwati, dan diikat hubungan syaitani. Seandainya
hubungan tersebut putus ditengah jalan, maka sigadis akan berusaha menjalin hubungan
baru dengan pemuda lain, yang berarti dia berpindah dari satu tangan
ketangan lelaki lain, sehingga dia kehilangan kehormatan dan harga dirinya.

Kemungkaran yang paling besar, paling berbahaya dan paling dahsyat
pengaruhnya adalah kebebasan wanita, pamer kecantikan, mengumbar aurat, dan
pembaurannya dengan kaum pria dalam semua bidang kehidupan. Penyakit berbahaya ini
telah menyerang semua rumah tangga dan menjangkiti seluruh keluarga tanpa
membedakan sasarannya, mulai dari anak perempuan yang masih dalam usia bermain
sampai kepada gadis manis setengah baya dan wanita lanjut usia.

Begitu seseorang mengayunkan langkahnya keluar rumah,naik mobil, atau pergi
ke pusat perbenjaan (mall-mall), maka pandangannya akan terfokus pada
segerombolan wanita yang membuka wajah, aurat serta memamerkan kecantikan tanpa
merasa malu dan sungkan sedikitpun.

Sekujur tubuh mereka sarat dengan berbagai macam perhiasan menawan,
seolah-olah menjadikan tubuh mereka sebagai pameran keliling yang disaksikan oleh
semua orang yang lalu lalang. Gaya hidup wanita yang suka buka-bukaan dan tidak
mengindahkan akhlaq bisa merangsang kaum pria yang sudah tua maupun muda
untuk melakukan perbuatan mungkar, menginjak-injak kehormatan, mengorbankan
keturunan, merusak rumah tangga dan membuat pemuda lari dari menyempurnakan diri
dengan ilmu, akhlaq dan etika.

Rasulullah Saw bersabda:" Bagaimana sikapmu jika kaum wanitamu durhaka, para
remajamu fasik, dan kamu meninggalkan jihad? Shahabat bertanya: " Apakah hal
ini akan benar-benar terjadi ya Rasulullah ?" Beliau menjawab:" Ya, demi
yang jiwaku berada di tangan-Nya, bahkan lebih dahsyat dari hal itu". Mereka
bertanya lagi:" Apa yang lebih dahsyat dari itu ?" Beliau menjawab:" Bagaimana
menurutmu jika kamu tidak lagi menyuruh berbuat ma'ruf dan tidak melarang yang
mungkar?" Mereka bertanya:"Dan hal itu apakah akan terjadi ?" Beliau
menjawab:" Ya, demi jiwaku yang berada dalam kekuasaan-Nya, bahkan lebih dahsyat
dari itu". Mereka bertanya, apa yang lebih dahsyat dari itu?" Beliau menjawab:"
Bagaimana menurutmu jika kamu kalau kamu yang malah menyuruh berbuat mungkar
dan melarang yang ma'ruf?". Mereka bertanya:"Dan hal itu akan terjadi ?"
Beliau menjawab:" Ya, demi yang jiwaku berada di tangan-Nya, malah lebih dahsyat
dari itu akan terjadi. Allah berfirman:" Akan diberikan kepada mereka suatu
cobaan yang membuat orang jujur dan baik kebingungan menghadapinya"
(HR.Az-Zubaidi).

Tidak ada jawaban terhadap hal ini melainkan memperbaiki kesalahan dan
menghindari kerusakan, dengan menyadarkan manusia supaya kembali kepada tradisi
leluhur dan ajaran agama kita, mengembalikan para gadis ke pangkal jalan
semula, mendidik dengan baik agar terbiasa dengan prilaku dan etika agama dan
membentenginya dari pengaruh budaya barat yang tercela.

Islam memerintahkan kaum wanita supaya senantiasa memakai jilbab sebagai
tuntutan akal sehat untuk menjauhi kaum laki-laki keji dan bejad, demi menjaga
dari kesalahan dan memelihara kehormatan, agar tidak diganggu orang yang tidak
bermoral dan berakhlaq buruk.

Sesungguhnya kebatilan, kejahatan, kerusakan dan kesesatan merupakan hal
yang memerlukan langkah-langkah tertentu yang harus ditempuh untuk
mewujudkannya, karena ini merupakan tipuan dan rekayasa setan. Sedangkan kebenaran dan
kebaikan tidaklah memerlukan langkah ataupun tahapan tertentu, karena kebaikan
yang terbaik adalah yang lebih cepat. Secepatnya memakai hijab dengan sempurna
hanyalah salah satu langkah untuk mematahkan setiap langkah setan, yang akan
menghijab kehormatan dan rasa malu.

Firman Allah:" Katakanlah! Hai hamba-hamba- Ku yang melampaui batas terhadap
diri mereka sendiri, janganlah kamu berputus asa dari rahmat Allah.
Sesungguhnya Allah mengampuni dosa-dosa semuanya. Sesungguhnya Dia-lah yang Maha
Pengampun lagi Maha Penyayang" (Q.S. Az-Zumar: 53). 

Kita mengharapkan kembalinya masa-masa indah dimana para pemuda dan pemudi
apabila sudah menginjak usia dewasa mulai merasakan suatu kehidupan baru,
cita-cita dan masa depan yang baik, mereka bekerja dengan giat, tekun dan ulet,
tidak mau pasrah dan bermalas-malasan, mempunyai tekad yang kuat dan
terpelihara dari kesalahan. 

Sehingga terbentuklah generasi dari kaum wanita terpelajar yang bertaqwa
sebagai karunia Ilahi dan utusan perdamaian, bahkan merupakan sumber kebahagiaan
dan kesejahteraan. Wanita seperti inilah yang akan melengkapi tatanan alam
sebagai sebaik-baik perhiasan.

Inilah yang sebenarnya yang dikehendaki oleh Rasulullah terhadap kaum Hawa
dalam sabdanya:" Dunia ini adalah perhiasan dan sebaik-baik perhiasan adalah
wanita shalihah"(HR. Muslim).

Rasa malu adalah ciri utama para wanita shalihah, dimana mereka malu untuk
menampakkan hal-hal yang diluar kodrat kewanitaannya, apalagi melakukan
perkara yang bertentangan dengan syar'i.


-- 
GMX - Die Kommunikationsplattform im Internet.
http://www.gmx.net

Bunga Istimewa Hanya Untuk Yang Istimewa

Bunga adalah simbol kesegaran, keceriaan dan kebahagiaan. Bisa jadi ada makna yang lebih dalam dari penamaan Rasulullah atas putri tercintanya, Fatimah Az Zahra. Az Zahra sendiri berarti “bunga”. Tidaklah mengherankan jika Fatimah menjadi anak yang paling disayang dibanding saudara-saudara Fatimah lainnya. Hal itu terlihat dari ungkapan Rasulullah, “Siapa yang membuatnya sedih, berarti juga membuat aku sedih, dan barang siapa menyenangkannya, berarti menyenangkanku pula”.

“Bunga” Fatimah yang tumbuh dan berkembang dalam binaan langsung dari ayahanda Rasul yang baik, lemah lembut dan terpuji menjadikannya seorang gadis yang juga penuh kelembutan, berwibawa, mencintai kebaikan plus akhlak terpuji meneladani sang ayah. Maka tidaklah aneh, bunga yang dinisbatkan Rasul menjadi wanita penghulu surga itu menjadi primadona di kalangan para sahabat Rasulullah.

Tercatat, beberapa sahabat utama seperti Abu Bakar dan Umar bin Khattab pernah mencoba melamar Fatimah. Hanya saja, sayangnya dengan halus Rasulullah menolak lamaran para sahabat itu. Hingga akhirnya datanglah Ali bin Abi Thalib untuk meminang Fatimah. “Aku mendatangi Rasulullah untuk meminang putri beliau, yaitu Fatimah. Aku berkata: Demi Allah aku tidak memiliki apa-apa, namun aku ingat kebaikan Rasulullah, maka aku beranikan diri untuk meminangnya”. Akhirnya, Rasulullah pun menerima pinangan Ali meski hanya mempersembahkan baju besi al khuthaimah (yang juga merupakan pemberian Rasul).

Fatimah adalah bunga yang terpelihara, tidak tanggung-tanggung yang mendidik, membina, memeliharanya adalah manusia agung nan mulia Muhammad Rasul Allah, yang memiliki segala keterpujian. Bunga yang indah dengan segala keistimewaannya, harus dipelihara dan dijaga oleh orang yang istimewa dan memiliki berbagai kelebihan pula, dalam hal ini Ali bin Abi Thalib. Siapa yang meragukan kapasitas Abu Bakar dan Umar bin Khattab, yang keduanya kemudian berturut-turut menjadi khalifah meneruskan perjuangan kaum muslimin menggantikan Rasul. 

Lalu kenapa ayahanda sang bunga itu menolaknya?

Pertanyaan selanjutnya, kenapa Ali yang hanya bermodalkan baju besi (yang juga pemberian Rasul) menjadi pilihan Rasul untuk mendampingi Fatimah? Meski memang Rasulullah yang paling tahu alasan itu (termasuk juga alasan menolak pinangan dua sahabat yang juga istimewa), namun kita bisa melihat sisi kelebihan dari Ali bin Abi Thalib, pemuda pemberani ini. Ali adalah lelaki istimewa, masuk dalam assabiquunal awwaluun (golongan pertama yang masuk Islam) dengan usia termuda. Soal keberanian, jangan pernah menyangsikan lelaki satu ini. Perang badar yang diikuti oleh seluruh manusia pemberani didikan Rasul, terselip satu lelaki muda yang dengan gagahnya maju ke depan ketika seorang pemuka dan ahli perang kaum kafir menantang untuk berduel. Meski awalnya dilecehkan karena dianggap masih kecil, namun Ali dengan kehebatannya mampu mengalahkan musuh duelnya itu. 


Tidak sampai disitu, yang membuat Rasulullah tak bisa melupakannya adalah jasa besar dan keberanian Ali menggantikan Rasul tidur di pembaringannya saat Rasulullah ditemani Abu Bakar menyelinap ke luar saat hijrah. Padahal resikonya adalah mati terpenggal oleh balatentara kafir yang telah mengepungnya.

Tentu masih banyak dan tidak akan cukup satu halaman untuk mencatat kelebihan Ali yang menjadikannya begitu istimewa. Satu yang bisa kita tangkap secara jelas, bahwa wanita istimewa memang dipersiapkan untuk lelaki istimewa. Seperti halnya, “bunga” Fatimah yang hanya Ali bin Abi Thalib yang diizinkan Rasulullah untuk memetiknya. Oleh karenanya, jangan pernah berharap akan datangnya seseorang istimewa jika tak pernah menjadikan diri ini istimewa. 

Wallahu a’lam bishshowaab 
Bayu Gautama

Fenomena Hijab (Pembatas) antara Akhwat dan Ikhwan

Postingan kali ini , saya ambil dari blog tetangga sebagai bahan renungan. Tulisan ini menarik sekali untuk bahan intropeksi diri kita (terutama saya sendiri hehe^_^) sebagai seorang muslim yang tidak terlepas dari pergaulan sehari-hari. Semoga bermanfaat.. 
Ada sebuah tulisan menarik (ga sengaja nemu) yang bisa kita jadikan buat bahan renungan kita bersama. Tentang fenomena hijab antara ikhwan dan akhwat. Sering kali kita (termasuk saya sendiri) kadang kurang memperhatikan hal ini dalam pergaulan sehari-hari. Mudah-mudahan bermanfaat. Diambil dari salah satu blog.
Angin keterbukaan yang bertiup kencang di era reformasi menyebabkan medan dakwah menjadi sangat berbeda dengan dakwah di zaman Soeharto berkuasa. Ketika Soeharto sedang berada di zaman emasnya, scope dakwah sangat terbatas. Dakwah dilakukan door to door. Dakwah kepada masyarakat luas hanya moment-moment tertentu, dengan topik yang cukup umum. Para ulama tidak bisa menyentil atau secara tidak langsung mengkritisi pemerintah dalam ulasan ceramahnya, jika tidak ingin “hilang malam” segera setelah menyelesaikan isi pidatonya.
Dakwah hari ini cukup kontroversi dengan situasi di atas. Peluang yang terbuka lebar di sana-sini, memungkinkan aktivis dakwah untuk tampil tanpa ragu-ragu. Forum-forum yang mengusung panji Islam bermunculan, bacaan Islami menjamur, organisasi Islam berdiri sampai ke panggung politik nasional, bahkan seni Islam seperti lagu nasyid juga tidak ketinggalan. Singkatnya, dakwah tidak perlu lagi sembunyi-sembunyi. Intensitas pertemuan Ikhwan-Akhwat pun tidak dapat dihindari. Namun apakah mereka turut mereformasi hijabnya seiring dengan tuntutan zaman? Mengadakan pertemuan tanpa hijab (tabir pembatas ruangan laki-laki dan perempuan), sering menelepon membahas agenda urgent untuk syuro (baca: rapat) selanjutnya, mengirim sms, miscall untuk mengingatkan jam syuro sudah dimulai, e-mail dan sarana telekomunikasi lainnya telah menjadi corak yang mewarnai pergaulan Ikhwan-Akhwat. Jika kelonggaran ini terus merambat maka dikhawatirkan aktifitas dakwah akan kehilangan keistimewaan yang mesti dimilikinya. Jika sudah demikian, lalu apa bedanya kita dengan yang lain?.
Ada beberapa faktor yang menjadi penyebab turunnya hijab di kalangan aktivis dakwah:
Pertama, pemahaman. Walaupun telah dipenuhi atribut sebagai aktivis, masih banyak yang belum faham tentang hijab itu sendiri. Demikian juga norma-norma yang lain. Banyak di antara mereka yang tersandung terlebih dahulu baru kemudian benar-benar memahami urgensi hijab bagi perjalanan dakwah yang sedang diperjuangkan. Kendati pemahaman dapat diasah melalui bacaan, pengalaman memang lebih mengena ke sanubari orang yang mengalaminya.
Kedua, ukhuwah yang mandeg di tengah mereka. Ukhuwah sesama Akhwat yang renggang menyebabkan seorang Akhwat lebih suka curhat kepada seorang Ikhwan. Atau sebaliknya, karena sibuk menghandle beberapa kegiatan, akhirnya kurang arif melihat bahwa di antara sesama Ikhwan ada yang sedang mengalami masalah prbadi. Kadang-kadang kecenderungan yang terjadi lebih ke lawan jenis daripada kepada sesamanya. Fenomena inilah yang harus disikapi lebih awal. Ikatan hati antara Akhwat dengan sesama Akhwat, dan Ikhwan dengan sesama Ikhwan harus diperkuat.

Ketiga, kurang kontrol, baik dari murabbi atau dari dewan syuro lembaga dakwah kampus. Seringkali yang muncul adalah komentar-komentar tanpa solusi konkrit. Tidak jarang pula karena tidak ada rujukan yang benar-benar dapat dijadikan teladan. Hal ini cukup dilematis bagi aktivis yang berstatus junior yang ingin proaktif.
Ketika rambu-rambu pribadi kita agak redup, ada beberapa sikap yang semakin menjerumuskan kita dari penjagaan hijab ini. Boleh jadi tindakan ini telah sering kita lakukan, secara lambat laun membuat hijab kita semakin terkontaminasi. Di antara sikap-sikap tersebut adalah sebagai berikut :
1. Pandangan.
Pandangan merupakan langkah awal yang biasa digunakan syetan untuk merusak hati seorang laki-laki atau seorang perempuan terhadap lawan jenisnya. Dari mata turun ke hati, bukanlah sekedar pameo. Karena itu Rasulullah Saw melarang Ali bin Abi Thalib memandang seorang perempuan untuk kedua kalinya sebab ia merupakan anak panah syetan. Allah pun telah mengingatkan dalam Surah An Nuur : 30, “Katakanlah kepada orang laki-laki yang beriman, hendaklah mereka menahan pandangannya dan memelihara kemaluannya. Yang demikian itu adalah lebih suci bagi mereka. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang mereka perbuat.”
2. Senyuman.
Senyuman memang merupakan sedekah yang paling mudah dan paling murah. Senyuman akan bermakna positif pada orang yang tepat, pada saat yang tepat dan dalam durasi waktu yang tepat pula. Namun maknanya akan terasa berbeda jika senyuman itu diberikan pada lawan jenis dengan tatapan mata yang penuh arti dan frekuensi yng cukup sering.
3. Ucapan.
Komunikasi memang sangat diperlukan antar sesama aktivis dakwah. Perlu digaris bawahi agar perkataan yang terlontar dalam pembicaraan agenda dakwah tidak menyinggung hal-hal personal apalagi bersifat sensitif. Ucapan akan mengundang makna implisit jika diekspresikan dengan penuh perasaan. Ucapan kita akan terpengaruh jika dibawa bercanda, menghibur atau bersimpati pada lawan jenis. Karena bahaya lidah tak bertulang inilah maka Rasulullah Saw menyebutkan dalam salah satu haditsnya agar kita senantiasa berbicara yang baik atau lebih baik diam.
4. Kunjungan.
Salah satu cara mempererat silaturahim adalah dengan mengunjungi saudara. Dengan demikian ukhuwah akan semakin kuat dan harmonis. Namun kunjungan antara pria dan wanita dapat berdampak lain. Terkadang kunjungan dibuat dengan cover meminjam catatan, diskusi tentang tugas akhir semester, follow up syuro yang tidak sempat dibahas di kampus, konsultasi keislaman dan banyak topeng lainnya. Perlahan-lahan kunjungan formal ini menjadi kunjungan yang lebih bersifat prifacy.
5. Hadiah.
Saling memberi hadiahlah kalian, maka kalian akan saling mencintai, sabda Rasulullah Saw. Trik ini sangat bagus digunakan untuk menambah kehangatan persahabatan antar sesama Akhwat atau sesama Ikhwan seperti dalam acara tukar kado atau Malam Bina Iman dan Takwa (MABIT). Tidak sedikit pula kita menyalah artikan pemberian ketika hadiah itu berasal dari lawan janis. Kemudian timbul perasaan ge-er yang membuka pintu-pintu rusaknya hati, karena tipisnya tameng untuk itu.
Sadar atau tidak, tindakan di atas adalah rangkaian pintu masuk syetan yang merupakan bagian dari langkah-langkah syetan untuk menjauhkan kita dari ridho Allah Swt. Kita harus senantiasa mawas diri bahwa dari setiap aliran darah ini musuh kita laknatullah tersebut akan selalu mengintai peluang untuk melengahkan kita. Terlepas kepada siapa kita melakukannya, orang yang faham atau orang yang awam. Seperti yang ditegaskan Allah dalam al-Quran Surah al-Baqarah: 208, “Hai orang-orang yang beriman, masuklah kamu kedalam Islam secara menyeluruh. Janganlah kamu menuruti langkah-langkah syetan. Sesungguhnya syetan itu adalah musuh yang nyata bagimu.”
Untuk membentengi diri dari godaan ini, ada tiga penguasaan yang harus kita miliki.
Pertama, penguasaan ilmu. Keimanan perlu ditopang dengan ilmu. Mengetahui ilmu tidak cukup hanya sekedar mengenal sebab, yang lebih penting adalah memahaminya. Sesungguhnya dengan mengunakan jilbab syar’i seorang Akhwat telah membuat perisai untuk dirinya yang menunjukkan izzah seorang Muslimah. Dari penampilan fisik saja sebenarnya kita telah menghijabi diri dari kemungkinan berbuat di luar jalur. Masih banyak ilmu-ilmu lainnya yang harus digali untuk semakin meningkatkan kualitas diri seorang Muslim. Ilmu bisa datang dari mana saja, siapa saja dan kapan saja, selagi kita menguatkan azzam dan meluruskan niat bahwa kita menuntut ilmu dalam rangka beribadah kepada Allah Swt, …Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang berilmu beberapa derajat (Q.S. Al Mujadalah : 11).
Kedua, penguasan ma’nawi. Seorang yang faham dengan sesuatu belum tentu komit dengan pengetahuannya. Dia harus berlatih mengendalikan hawa nafsunya di bawah kendali iman. Begitu juga halnya dengan pemahaman seorang aktivis harokah, bisa saja luntur ketika keimanannya memudar. Pengetahuannya tentang etika pergaulan pria dan wanita menjadi redup, seredup cahaya imannya. Salah satu obatnya adalah dengan membasahi rohaninya yang kering dengan istighfar dan dzikrullah. Harus selalu dicamkan dalam hati bahwa kita menjaga diri ini tidak mengenal lingkungan di mana kita berada. Sejatinya, kemanapun kita melangkah, seiring dengan bertambahnya ilmu, orang ammah (umum) dapat melihat niai-nilai Islami tersebut terpancar dari tingkah polah kita. Normal jika tidak sedikit yang berbuat khilaf di tengah usahanya memperbaiki diri. Kewajiban kita adalah selalu berusaha untuk menjadi lebih baik.
Ketiga, penguasaan aplikasi. Penguasan ilmu dan stabilitas ma’nawiyah belum cukup sempurna jika respon-respon gerak belum tumbuh. Seorang aktivis yang menguasai ilmu akan memberikan reaksi yang tepat terhadap aksi-aksi yang muncul di sekitarnya serta mampu memberikan input bagi lingkungannya. Ia tidak reaksioner terhadap aksi-aksi negatif serta lebih bijaksana menyikapi suatu tantangan dari berbagai sudut pandang. Pola pikir yang broad-mainded ini akan kelihatan manfaatnya ketika ia mengambil keputusan dalam pergaulan sesama. Ia tidak akan cepat ge-er dan tidak akan membuat ge-er orang lain. Wibawanya sebagai seorang Muslim tetap terjaga.
Jadi seorang aktivis dakwah yang telah mempunyai penguasaan materi keilmuan (kognitif), kestabilan ma’nawi (afektif) dan penguasaan gerak amal (evaluatif) akan terjaga komitmennya terhadap tarikan-tarikan buruk. Seyogyanya, dengan pemahaman ini, eksistensi hijab tidak mengurangi kinerja aktivis dalam gerak organisasinya. Program-program dakwah dapat direalisasikan jika Ikhwan-Akhwat saling bersinergi, yang ditunjang dengan ukhuwah yang kental. Sangat diharapkan, lembaga dakwah kampus mampu mengenjot potensi kader-kadernya terutama yang berada di posisi kunci. Sehingga dapat menyelesaikan kerja-kerja dakwah dengan optimal yang hasilnya juga dapat dirasakan oleh masyarakat, bukan hanya komunitas Ikhwan-Akhwat atau civitas akademika saja. Tulisan ini tidak bermaksud untuk menggurui tetapi lebih mengingatkan kita semuanya. Karena tentunya kita tidak ingin menjadi manusia yang merugi. Allah telah berfirman dalam al-Quran Surat al-Ashr: 1-3, “Demi masa. Sesungguhnya manusia itu berada dalam kerugian. Kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal shaleh, saling nasehat-menasehati dalam kebenaran dan saling nasehat-menasehati dalam kesabaran. Wallahualam.
(inspirasi tulisan dari : Hafidzah, FSI NurJannah Padang dengan penyesuaian).
By : Onesia.

Cantik Lahir Batin

Senantiasa tampil cantik dan menawan adalah dambaan setiap insan. Berbagai perawatan dilakukan demi meraih penampilan yang diinginkan. Dari metode tradisional hingga terapi yang paling mutakhir, banyak tersedia untuk mewujudkan impian tersebut. Aktivitas ini tidak hanya dilakukan kaum Hawa. Kaum Adam memiliki kecenderungan yang sama. Fenomena pria metroseksual adalah satu bukti.

Mengejar penampilan jasmani tidak disalahkan dalam agama. Selain merupakan fitrah yang manusiawi, Allah SWT pun menyenangi hambanya yang memerhatikan penampilan karena Ia Mahaindah dan mencintai keindahan.

Hanya saja, penampilan fisik ini bukanlah segala-galanya. Kecantikan fisik bisa memudar seiring dengan berjalannya waktu dan bertambahnya usia. Maka, ada satu hal yang akan menjaga nilai kecantikan ini agar tidak pernah sirna, yaitu menghidupkan kecantikan rohani yang bersumber dari relung kesalehan hati.

Kecantikan rohani ini akan memancar jika pemiliknya mampu menjaga kebersihan hati dan menghilangkan penyakit-penyakitnya. Betapa besarnya peran dan fungsi hati dalam membentuk kepribadian. Dalam sebuah hadis Rasulullah SAW berujar, ''Ketahuilah di dalam tubuh itu ada segumpal daging. Bila ia baik, maka baik pulalah seluruh perbuatannya. Dan, apabila ia rusak, maka rusak pulalah seluruh perbuatannya. Ketahuilah itu adalah hati.'' (HR Bukhari dan Muslim).

Seluruh pikiran, perkataan, dan perbuatan adalah buah akhlak yang dikendalikan oleh hati. Ketika seorang Muslim memahami hakikat hidup di dunia, hatinya akan segera bertindak untuk mempercantik diri dengan akhlak mulia sesuai tuntunan Rasulullah serta mencampakkan tindakan tercela berupa syirik, iri, dengki, dan takabur.

Untuk menghadirkan kecantikan rohani, kaum Muslim tidak perlu merogoh uang saku yang banyak untuk perawatan. Hanya perlu memperbanyak amal saleh dan menjauhi segala bentuk perbuatan maksiat dan menggantinya dengan dzikir pada Allah SWT.

Suatu ketika Ibnu Abbas mengatakan, ''Sesungguhnya amal kebaikan itu akan memancarkan cahaya dalam hati, membersitkan sinar pada wajah, kekuatan pada tubuh, kelimpahan dalam rezeki, dan menumbuhkan rasa cinta di hati manusia kepadanya.''

Apabila kita telah tersadar untuk mempercantik diri secara lahiriah dengan busana dan perawatan tubuh yang sesuai dengan aturan Allah SWT, mari kita sempurnakan dengan mempercantik mata hati kita agar lebih dicintai Allah SWT dan seluruh makhluknya. 



(Agus Taufik Rahman ) 
Republika

Akhwat Sejati

Akhwat Sejati…
Bukan dilihat dari kecantikan parasnya…
Tetapi dari kecantikan hati yang ada dibaliknya…

Akhwat Sejati…
Bukan dilihat dari bentuk tubuh yang mempesona…
Tetapi dari sejauh mana dia berhasil menutup tubuhnya…

Akhwat Sejati…
Bukan dilihat dari begitu banyaknya dia melakukan kebaikan…
Tetapi dari keikhlasannya memberikan kebaikan itu…

Akhwat Sejati…
Bukan dilihat dari seberapa indah lantunan suaranya…
Tetapi dari apa yang sering mulutnya bicarakan…

Akhwat Sejati…
Bukan dilihat dari keahliannya berbicara…
Tetapi dari bagaimana caranya berbicara….

Akhwat Sejati…
Bukan dilihat dari keberaniannya berpakaian…
Tetapi dari sejauh mana dia mempertahankan kehormatannya…

Akhwat Sejati…
Bukan dilihat dari kekhawatirannya digoda orang dijalan…
Tetapi dari kekhawatiran dirinya yang membuat orang tergoda…

Akhwat Sejati…
Bukan dilihat dari seberapa banyak dan besar ujian yang dijalani…
Tetapi dari sejauh mana dia menghadapi ujian dengan kesabaran…

Akhwat Sejati…
Bukan dilihat dari sifat supelnya bergaul…
Tetapi dari sejauh mana dia menjaga kehormatannya dalam bergaul…

Wanita Dan Ciri-Ciri Hari Akhir


Wanita Dan Ciri-Ciri Hari Akhir

Oleh: Ibunya Dzakwan


Allah Swt.. telah mengabarkan kepada kita, bahwa kehidupan di dunia hanyalah permainan dan senda gurau belaka sebagaimana dalam firmanNya, “Dan tiadalah kehidupan dunia ini selain dari main-main dan sendau gurau belaka. Dan sungguh kampung akhirat itu lebih baik bagi orang-orang yang bertaqwa. Maka tidaklah kamu memahaminya! (QS. 6:32). Sebagaimana Allah Swt. juga telah mengabarkan kepada kita bahwa kehidupan ini adalah fana dan tidak kekal. Suatu yang fana berarti sesuatu yang tidak abadi adanya, yang memiliki masa berlaku. Yang akan berakhir menuju ketiadaan. Mengenai kapankah kehidupan dunia ini akan berakhir hanya Allah Swt. sendiri yang mengetahuinya. Akan tetapi Allah Swt. telah menjelaskan sinyal-sinyal atau ciri-ciri bilakah hari akhir itu akan terjadi, melalui RasulNya. Maha Penyayang dan Pengasihnya Allah Swt. kepada hambaNya, melalui perenungan akan berbagai alamat mendekati hari akhir, dapat menjadi peringatan juga tahridh bagi kita semua untuk lebih mempersiapkan dan memperbekali diri dengan amal shalih.

Rasulullah Saw. telah mengabarkan kepada umatnya keadaan menjelang tibanya hari akhir. Banyak sekali hadits-hadits yang menjelaskan keadaan tersebut, salah satu dari sekian banyak hadits tersebut dikhususkan untuk para kaum wanita, di antaranya:

Rasulullah Saw. bersabda, “Sesungguhnya di antara tanda-tanda akan datangnya hari kiamat adalah: diangkatnya ilmu, merebaknya kebodohan, merajalelanya perzinahan, merajalelanya khamar, sedikitnya jumlah laki-laki, banyaknya jumlah wanita sehingga limapuluh wanita dipimpin oleh satu orang laki-laki”. (HR. Bukhari)

Rasulullah Saw. bersabda, “Engkau akan melihat seorang laki-laki diikuti oleh empat puluh wanita, yang tak lain hal ini disebabkan oleh sedikitnya jumlah laki-laki dan banyaknya jumlah wanita”. (HR. Bukhari)

Juga dalam riwayat lain disebutkan ketika Rasulullah Saw. ditanya oleh malaikat mengenai kapankah terjadinya hari akhir, beliau menjawab, Tidaklah yang ditanya lebih tahu dari pada yang bertanya. Kemudian Rasul menyebutkan beberapa alamat hari akhir, yaitu: seorang budak wanita melahirkan majikannya dan manusia saling bermegah-megahan dalam membangun.


Beberapa hadits yang disebutkan di atas menggambarkan kepada kita mengenai keadaan kaum wanita menjelang hari akhir. Lalu yang menjadi pertanyaan dan patut kita renungi sebagai kaum wanita adalah; telah tampakkah keadaan-keadaan yang Rasulullah Saw. gambarkan tersebut di atas? Mari kita lihat beberapa realita fenomena wanita di zaman sekarang ini.

Dalam sebuah majalah yang bernama “The Economist” edisi Januari 2007 disebutkan bahwa Negara yang paling banyak populasi wanitanya, dimana satu laki-laki berbanding seratus wanita adalah: 1. Uni Emirat Arab 214 pria per 100 wanita, 2. Qatar 206, 3. Kwait 150, 4. Bahrain 132, 5. Oman 128, 6. Arab Saudi. Adapun jumlah populasi satu laki-laki berbanding seratus wanita tersedikit adalah: 1. Latvia 84 pria per 100 wanita, 2. Estonia 85, 3. Ukraine 85, 4. Armenia 87, 5. Lesotho 87, 6. Lithuania 87, 7. Rusia 87.  

Hal ini membuktikan bahwa jumlah populasi wanita saat ini lebih banyak dari pada pria. Bahkan hampir di seluruh Negara, jumlah wanita lebih banyak dari pada pria. Hasil sensus tersebut menunjukkan bahwa hadits Nabi Saw. di atas tentang ciri kiamat tersebut sudah terlihat bukti kebenarannya di masa sekarang ini.

Mari kita tilik beberapa realita lainnya. Untuk zaman sekarang, sepertinya free sex (perzinahan) sudah merupakan hal yang lumrah. Bahkan di beberapa belahan dunia (baca:barat) perzinahan sudah menjadi kebiasaan bagi para kaula muda. Menghabiskan malam di tempat-tempat hiburan malam, gonta-ganti pacar, ikhtilath antara laki-laki dan perempuan sudah menjadi kebiasaan bagi para kaula muda. Penyakit yang sangat berbahaya ini ternyata telah menjamur ke belahan dunia lainnya (baca: timur). Yang terkenal dengan sopan santun dan tata kramanya. Sebagai contoh, belum hilang di telinga kita kejadian ITENAS, belum lagi kita dihebohkan dengan adanya pesta seks yang dilakukan oleh beberapa siswa SMU di kota Cianjur, yang melibatkan salah seorang guru. Dan masih banyak lagi realita-realita yang menunjukkan bahwa free sex telah “membumi”. Hal ini sebagai salah satu indikasi bahwa kita telah mengalami keboborokan akhlak. 

Ada fenomena lain lagi yang mengindikasikan keboborokan akhlak manusia di akhir zaman sesuai dengan sabda Nabi Saw. di atas. Bahwa, salah satu di antara ciri kiamat adalah seorang hamba perempuan melahirkan tuannya. Terdapat beberapa penafsiran para ulama mengenai maksud dari sabda Rasulullah Saw. tersebut. Pertama, maksudnya adalah seorang anak menyetubuhi ibunya sendiri. Kedua, seorang anak memperlakukan ibunya seperti budak. Ketiga, durhaka anak terhadap ibunya. Keempat, keadaan di atas menggambarkan kekacaun sosial dari segi moral. Dari beberapa tafsiran di atas semuanya mengarah pada satu wacana yang sama, yaitu di antara alamat hari akhir terjadi kekacauan akhlak pada diri manusia, seperti perlakuan anak yang tidak layak kepada ibunya.

Fenomena ini pun sepertinya sudah terjadi di kalangan kita saat ini. Berapa banyak kita dengar pembangkangan seorang anak terhadap orang tuanya. Sampai-sampai mereka rela melayangkan tangannya untuk membunuh orang tuanya sendiri ketika ada keinginan yang tidak dipenuhi. Belum lagi sering kita dengar pula kata-kata kotor terucap kepada mereka ketika ada keputusan yang tidak sesuai dengan kehendak hati. Dan masih banyak lagi bentuk-bentuk perlakuan seorang anak yang tidak layak ia lakukan kepada orang tuanya, khususnya pada ibunya.

Dari beberapa fenomena di atas, kita harus membuka mata, khususnya kita sebagai kaum wanita, bahwa kejadian-kejadian tersebut bukan hembusan-hembusan kabar semata tapi realita kehidupan sekarang ini. Mari kita mulai mengaca diri kita masing-masing, bahwa wanita bisa menjadi penyebab dominan dari berbagai fenomena dekadensi moral yang terjadi saat ini. Hal ini bisa kita lihat dari lebih banyaknya populasi wanita dari pada pria di muka bumi ini yang menjadi yang ternyata menjadi potensi negatif dari lahirnya dekadensi moral.

Bisa dikatakan, bahwa terjadinya perzinahan disebabkan oleh para wanita yang tidak mampu menjaga izzah dirinya. Seandainya semua wanita mampu menjaga izzah dirinya dengan tidak bertabarruj baik dalam berpakaian maupun berhias, menutup aurat, berbicara dan bersikap dengan tegas di hadapan lawan jenis, tidak memakai parfum yang menyengat ketika pergi keluar dan masih banyak lagi wasilah-wasilah yang diajarkan Islam demi menjaga izzah seorang wanita. Apabila semua wanita memiliki persepsi yang sama, bahwa kecantikan dan segala bentuk keindahan yang Allah Swt. berikan bukan untuk dipamerkan dan dibanggakan. Niscaya perzinahan tidak akan terjadi!

Demikian juga dengan banyaknya populasi wanita harusnya lebih mampu untuk menciptakan generasi-generasi yang hanif. Karena wanita memiliki satu peran penting yaitu sebagai seorang ibu yang harus mendidik anak-anaknya. Namun kenyataannya tidak, hal ini terbukti dengan banyaknya anak-anak yang durhaka kepada orang tuanya, memperlakukan ibu seperti memperlakukan pembantu, bahkan menyetubuhi ibu sendiri.

Sebagai penutup penulis ingin mengajak rekanita untuk menjaga akhlak, menjaga izzah dan mempersiapkan untuk menjadi ibu yang baik agar tidak masuk ke dalam golongan wanita yang Rasulullah saw kategorikan sebagai salah satu dari ciri-ciri kiamat. 




Wanita, Karir, dan Keluarga


Dalam rangka memperingati hari Kartini yang jatuh pada tanggal 21 April kemarin postingan kali ini saya fokuskan pada wanita, karier, dan keluarga. Kebanyakan hal yang digembar-gemborkan oleh aktivis wanita atau perempuan sekarang ini adalah kesetaraan gender. Dimana kesetaraan gender menurut mereka adalah persamaan hak atas hak pria atau laki-laki dengan hak wanita atau perempuan. Jika kita telaah, antara wanita dan pria yang melakukan sebuah pekerjaan. Saat para lelaki melakukan pekerjaannya, atau bekerja. Mereka mempunyai tujuan. Pertama, yang biasanya belum menikah. Maka tujuannya adalah untuk menikah. Yang kedua, jika lelaki ini sudah menikah. Maka tujuannya adalah, memberikan nafkah kepada keluarga. Seburuk-buruk suami, tetap suami itu ingin memberikan nafkahnya kepada keluarganya! Tetapi, jika wanita bekerja. Biasanya yang terjadi. Pertama, untuk wanita yang belum menikah, tujuannya adalah dua. Menabung untuk pernikahan, atau menabung untuk urusannya sendiri. Kedua, tujuan wanita bekerja yang mempunyai suami. Biasanya untuk membantu pemasukan keungan keluarga. Tetapi, itupun tidak mutlak biasanya juga untuk kebutuhannya sendiri!
Masalah yang dihadapi oleh wanita yang berperan ganda, yaitu wanita sebagai ibu rumah tangga dan wanita sebagai wanita karier, adalah masalah kurangnya perhatian keluarga dikarenakan perannya sebagai ibu atau istri menjadi berkurang. Masalah yang timbul pun bermacam-macam contohnya :
- kurangnya kasih sayang seorang ibu jika wanita tersebut mempunyai anak
- terpicunya pertengkaran antara suami dan istri (biasanya sih si suami kurang diperhatikan atau mungkin karena gaji sang istri membuat suami menjadi minder sebagai kepala keluarga) dll deh 

Jika alasan seorang istri bekerja adalah untuk membantu suami memenuhi kebutuhan ekonomi, memang sebuah tujuan yang mulia, tetapi jangan sampai tanggung jawab utamanya terabaikan. Dalam Islam, wanita dibolehkan bekerja. Dan tidak dikekang. Makna gender dalam Islam pun tidak bias. Tidak seperti apa yang diperjuang oleh para feminimisme. Karena, setiap perjuangan atau pekerjaan yang dilakukan oleh wanita-wanita muslim. Sudah sangat jelas. Ada tujuannya. Tujuannya tetap untuk keberhasilan keluarga. Tetapi, jika perjuangan para feminimisme yang bias gender itu. Tidak mempunyai tujuan yang jelas, kecuali hanya egoisme dengan hawa nafsunya sendiri! 
Dalam Islam, sudah jelas. Bahwa tujuan yang diharapkan oleh para wanita muslim. Adalah untuk keluarga. Jadi keluargalah yang nomer satu. Banyak cerita kan seorang wanita yang sukses dalam kariernya belum tentu sukses mendidik anak-anaknya, apalagi jika kedua orang tua sibuk bekerja, anak menjadi terabaikan dan cenderung mencari “pelarian lain”, hingga pergaulannya pun tidak terawasi, dengan siapa dia bergaul tidak dapat diketahui, tau-tau…anak ditemukan dalam keadaan over dosis obat-obatan terlarang..hiii..serem banget ya ceritanya. Sebuah puncak karier yang tinggi, bagi seorang wanita. Adalah, saat mereka bisa mendidik anak-anak mereka dengan kemuliaan akhlak bagus, akhidah yang kuat, dan kepintaran yang membuat mereka dapat bertahan dalam kehidupannya. Sehingga tercipta keluarga yang sangat harmonis dalam kehidupannya. Dengan kata lain, wanita itu telah mendapatkan kesakinahan keluarga yang selalu diharap-harapkannya. Islam, tidak memandang wanita kaya raya, tetapi keluarganya hancur berantakan. Tetapi, Islam akan memandang seorang istri yang bisa menciptakan suasana yang hangat dalam keluarganya. Mendidik anak-anaknya dengan perbuatan kebaikan seorang ibunya. Itulah puncak karier yang paling tinggi. Karena sangat sulit untuk membentuk keluarga seperti itu! Harus dengan intensif, seorang ibu menjaga anak-anaknya untuk mencapai keluarga yang seperti kita harapkan!”


 


Sabtu, 18 April 2009

Cinta virus ataukah..?

Waduw gawat-gawat, virus yang satu ini sungguh kejam, bingung juga banyak orang mengatakan bahwa ini adalah sebuah fitrah kita sebagai manusia, dan memang dibenarkan oleh firman Allah. Tetapi sebagian orang mengatakan ini sebagai virus yang bernama al isyq atau virus cinta. Virus ini telah banyak kali memakan korban, mungkin anda semua pernah mendengar ada seseorang yang bunuh diri gara-gara putus cinta atau ditolak cintanya atau bahkan merelakan dirinya dalam tindakan kemusyrikan dengan pergi ke dukun agar cintanya bisa diterima. Bahkan sejak jaman bahola sampai baholu..hehe..^_^ kisah-kisah cinta telah terukir di sana-sini. Artikel kali ini saya akan membahas dua perbedaan pendapat tentang cinta: (Malu nih ngomong cinta cinta melulu), 
Menurut artikel yang saya baca di Arsip Moslem, yang secara intinya berpendapat bahwa cinta adalah sebuah penyakit hati, mengatakan bahwa :
 Ibnul Qayyim berkata, “Gejolak cinta merupakan jenis penyakit hati yang memerlukan penanganan khusus disebabkan berbeda dengan penyakit lain, baik dari segi bentuk, penyebab, maupun terapinya. Jika telah menggerogoti kesucian hati manusia dan mengakar di dalam hati, sulit bagi para dokter mencarikan obat penawarnya dan penderitanya sulit disembuhkan.”
Alloh Subhanahu wa Ta’ala mengisahkan penyakit ini dalam Al Qur’an tentang dua tipe manusia, pertama, wanita dan kedua, kaum homoseks yang cinta kepada mardan (anak laki-laki yang rupawan).
Alloh Subhanahu wa Ta’ala mengisahkan bagaimana penyakit ini telah menyerang istri Al Azis (Gubernur Mesir) yang mencintai Nabi Yusuf Alaihis Salam, dan menimpa kaum Luth Alaihis Salam. Alloh mengisahkan kedatangan malaikat ke negeri Luth Alaihis Salam, yang artinya: “Dan datanglah penduduk kota itu (ke rumah Luth) dengan gembira (karena) kedatangan tamu-tamu itu. Luth berkata, “Sesungguhnya mereka adalah tamuku; maka janganlah kamu memberi malu (kepadaku), dan bertakwalah kepada Alloh dan janganlah membuat aku terhina.” Mereka berkata, “Dan bukankah kami telah melarangmu dari (melindungi) manusia?” Luth berkata, “Inilah puteri-puteri (negeri) ku (kawinlah dengan mereka), jika kamu hendak berbuat secara yang halal).” (Alloh berfirman), “Demi umurmu (Muhammad), sesungguhnya mereka terombang–ambing di dalam kemabukan (kesesatan).” (QS: Al Hijr: 67-72).
Penyakit al isyq akan menimpa orang-orang yang hatinya kosong dari rasa mahabbah (cinta) kepada Alloh, selalu berpaling dari-Nya dan dipenuhi kecintaan kepada selain-Nya.
BAGAIMANA VIRUS INI BISA BERJANGKIT?
Penyakit al isyq terjadi karena dua sebab. Pertama, karena menganggap indah apa-apa yang dicintainya. Kedua, perasaan ingin memiliki apa yang dicintai. Jika salah satu dari dua faktor ini tak ada, niscaya virus tidak akan berjangkit. Walaupun penyakit kronis ini telah membingungkan banyak orang dan sebagian pakar berupaya memberikan terapinya, namun solusi yang diberikan belum mengena.

Tetapi menurut MediaMuslim.Info Cinta seorang laki-laki kepada wanita dan cinta wanita kepada laki-laki adalah perasaan yang manusiawi yang bersumber dari fitrah yang diciptakan Alloh Subhanallohu wa Ta’ala di dalam jiwa manusia, yaitu kecenderungan kepada lawan jenisnya ketika telah mencapai kematangan pikiran dan fisiknya. Sebagaimana Firman Alloh Subhanallohu wa Ta’ala, yang artinya: “Dan diantara tanda-tanda kekuasaan-Nya adalah Dia menciptakan untukmu istri-istri dari jenismu sendir , supaya kamu cenderung dan merasa tentram kepadanya , dan dijadikan-Nya diantara kamu rasa kasih sayang .Sesungguhnya pada yang demikian itu benar- benar terdapat tanda-tanda bagi kaum yang berfikir” (QS. Ar Rum: 21)

Cinta pada dasarnya adalah bukanlah sesuatu yang kotor, karena kekotoran dan kesucian tergantung dari bingkainya. Ada bingkai yang suci dan halal dan ada bingkai yang kotor dan haram. Cinta mengandung segala makna kasih sayang, keharmonisan, penghargaan dan kerinduan, disamping mengandung persiapan untuk menempuh kehiduapan dikala suka dan duka, lapang dan sempit. Cinta Adalah Fitrah Yang Suci
Cinta bukanlah hanya sebuah ketertarikan secara fisik saja. Ketertarikan secara fisik hanyalah permulaan cinta bukan puncaknya.Dan sudah fitrah manusia untuk menyukai keindahan.Tapi disamping keindahan bentuk dan rupa harus disertai keindahan kepribadian dengan akhlak yang baik.
Islam adalah agama fitrah karena itulah islam tidaklah membelenggu perasaan manusia.Islam tidaklah mengingkari perasaan cinta yang tumbuh pada diri seorang manusia .Akan tetapi islam mengajarkan pada manusia untuk menjaga perasaan cinta itu dijaga , dirawat dan dilindungi dari segala kehinaan dan apa saja yang mengotorinya.
Islam mebersihkan dan mengarahkan perasaan cinta dan mengajarkan bahwa sebelum dilaksanakan akad nikah harus bersih dari persentuhan yang haram.
Kalau saya ma..setuju yang ini dah...cinta bukanlah sesuatu yang dilarang oleh Islam tetapi memang cinta itu sendiri harus ditempatkan pda porsi dan tempatnya masing-masing. Jangan sampai cinta manusia mengalahkan cinta kita kepada sang Pencipta, Allah SWT. Kalau cinta ini masih didasarkan atas cinta pada Rabb tentunya akan terarah ke dalam sesuatu yang baik, semoga. Tul nggak???

PEMILU 2009…lagi




Ruwet-Ruwet kalau melihat pemilu 2009, ya..memang Negara ini masih dalam tahap pembelajaran demokrasi, gak tau pembelajaran ataukah pembodohan. Sebab sudah bukan menjadi rahasia lagi, kalo masyarakat, terutama yang hidup dibawah garis kemiskinan (mungkin kali ya)…yang belum tahu atau tahu tapi pura-pura gak tau bahwa memilih seorang wakil atau pemimpin yang amanah itu jauh lebih penting dari pada uang 10.000 atau lebih dari itu sekali pun yang dibagikan secara ga adil itu. Hehe..saya bilang gini soalnya ada kasus bahwa ada masyarakat yang di data mau milih partai apa..and dijanjikan “nanti klo nyoblos ini atau nyontreng caleg /partai ini bu pak ntar dapat uang.”.eh belum juga dikasih uang, sudah terlanjur dicoblos gak dapet uang. Sungguh malang…yang saya maksud malang disini bukanlah orang tersebut karena tidak dapat uang, tapi negeri ini sungguh malang, bagaimana kita mau memiliki parlemen atau pemimpin yang bersih, amanah, sementara rakyatnya sendiri dan juga calon-calon pemimpinnya kemauan untuk bersih pun nggak mau, dipilih secara bersih dan memilih secara bersih, apa itu nggak disebut KKN juga ya, Coz menerima suap dari salah satu pihak tertentu untuk melancarkan kepentingan pihak tersebut. Hehhe..kalo ada DPR atau orang pemerintahan yang ketahuan korupsi masyarakat tanpa ampun lagi meminta KPK dan pihak berwajib mengusutnya, tapi klo “masyarakat” secara berjamah melakukan korupsi gimana tuh, mereka sih mau aja dikadalain ma buaya berdasi. Bagi yang bukan buaya berdasi nggak usah tersinggung ya. Padahal Allah telah berfrman dalam suratAl A’raaf ayat 3 yang berbunyi :
“Ikutilah apa yang diturunkan kepadamu dari Tuhanmu dan janganlah kamu mengikuti pemimpin-pemimpin selain-Nya[528]. Amat sedikitlah kamu mengambil pelajaran (daripadanya).”
[528]. Maksudnya pemimpin-pemimpin yang membawamu kepada kesesatan.

 Mungkin ada sebagian orang yang memilih golput karena takut salah memilih pemimpin, ibarat memilih kucing dalam karung yang kita nggak tau bentuk dan rupanya, apalagi banyaknya partai partisipan tahun ini, widi widi….bingung buk mau milih mana. Jikalau melihat visi dan misi semua partai sih baik, tapi apakah visi dan misi tersebut akan terlaksana WallahuAlam. Namanya juga manusia nggak bisa menebak apa yang ada di balik hati manusia lainnya, syetan dan malaikat ja nggak bisa. Tapi mungkin kita sebagai manusia perlu berikhtiar atau berusaha memilih pemimpin yang sesuai dengan kriteria Allah yang mentauladani Rasullullah sebagai pemimpin umat manusia, meneladani sahabat-sahabanya, serta para Tabi’in. kewajiban sebagai pemimpin adalah melaksanakan amanah dari apa yang mereka pimpin, dan kewajibany yang dipimpin adalah selalu mengawasi pemimpin mereka agar tetap di jalur yang benar, jangan lupa juga didoakan tuh biar bisa jadi pemimpin yang bijaksana. 
Untuk PILPRES mendatang semoga tidak ada masalah lagi, entah itu DPT alias daftar pemilih tetap atau suap-menyuap masyarakat. Buat semua Rakyat Indonesia marilah menjadi pemilih yang cerdas, memilih pemimpin yang bisa membawa Indonesia 5 tahun kedepan menjadi Indonesia yang lebih baik lagi. Amiiin.
Jangan salah pilih ya, uang bukanlah segala-galanya (kayak di tv-tv ja), janganlah kita merelakan negeri kita dipimpin oleh orang yang dengan murahnya membeli Indonesia, bayangkan buk 10.000 per suara atau dengan harta milyaran dolar sekali pun, karena negeri ini terlalu mahal untuk dibeli oleh orang yang tidak bertanggung jawab. Terlalu mahal saya bilang, karena negeri ini berdiri atas perjuangan orang-orang yang tanpa pamrih mengorbankan harta, keringat dan darah bahkan nyawa mereka demi berkumandangnya pekik kemerdekaan. Merdeka!!! ^_^


Ujianku lulus... euy!


Satu minggu, waktu yang tidak bisa dibilang lama itu, menjadi perhatianku kali ini, tanggal 23 April telah kulingkari besar-besar dengan spidol merah sejak sebulan yang lalu. Hmm..apa aku bisa ya...menghadapi ujian akhir nasional, mungkin bagi sebagian besar anak sekolah di Indonesia menjadi salah satu waktu penentu masa depan, penentu keberhasilan selama menempuh pendidikan, dan langkah yang harus dilewati sebelum melangkah ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi. Walaupun ada sebagian masyarakat yang kurang setuju diberlakukannya ujian akhir nasional, namun hal itu tidak mengubah kebijakan dari pendidikan di Indonesia. „ ehh..ibu-ibu..tau nggak si Mita yang anaknya bu Wati ntu...ternyata dia kagak lulus SMA bu...padahal kan dia juara terus...ikut ujian persamaan juga kagak mau..dia shock kadung ngambek gak mau sekolah lagi. Lah dia kagak pernah absen dari juara satu..eh tiba-tiba kagak lulus. Setahun belakangan kerja di pabrik krupuk situ’’ kata-kata itu sampai di telingaku dari lubang dinding pagar dekat rumah tetanggaku. Karena penasaran kukuping saja percakapan ibu-ibu yang lagi asyik ngrumpi di sebelah „ emangnya kenapa bu? Dia kan pinter, rajin pisan euy“ sahut seseorang lainnya yang berlogat sunda di balik dinding. „ ya itu...waktu sehari sebelum ujian dia kan kehilangan ayahnya, Pak Hari, yang sakit jantung itu, anfal dan langsung meninggal. Siapa sih bu yang kagak sedih ditinggal orang tua, mikir ujian ma kagak sempet dah“ jawab ibu yang pertama. Mendengar hal itu aku jadi kepikiran, mengapa sih harus ada ujian. Dan mengapa penentu keberhasilan pendidikan adalah ujian akhir nasional saja padahal proses pendidikan sendiri juga penting. Jadi teringat kata-kata Ustadzah Anissa „ orang yang beriman itu tidak akan dibiarkan begitu saja tanpa diuji, mudah aja kita ngaku saya beriman, Lah dari mana Allah tau kita itu beriman kalau nggak dari ujian, apakah setelah diuji dia tetap taat sama Allah atau justru menjauh dari Allah?!“. He...apa sama ya ujian nasional sama ujian hidup?! 
Semakin dekat hari ujian aku pun semakin rajin sholat malam berdoa kepada Allah semoga aku lulus ujian dan bisa melanjutkan kuliah. Sebenarnya aku malu, apa hanya di waktu ujian saja aku sholat malam dan berdoa sama Allah. Ya, pokoknya aku harus tetap semangat insya Allah usaha dan doa telah aku lakukan, keputusannya ma ada di tangan Allah lah. Detik-detik ujian pun semakin dekat, tak terasa waktu seminggu seperti sehari saja, besok adalah hari pertama aku mengikuti ujian. Hari tenang terakhir kumanfaatkan untuk belajar kelompok di rumah si Ifa. Sebanyak tujuh orang telah berkumpul pagi itu, entah apa yang mereka kerjakan, aku celingukan memastikan apa yang mereka kerjakan itu. “Catatan..? untuk apa? Segitu kecilnya?” tanyaku penasaran. Waduw..ada firasat nggak enak yang bakal dilakukan temen-temenku. “ya..Winda, nggak kok ini cuma catatan untuk menghafal buat ujian ntar. Ya maklum lah, kami-kami kan otaknya tidak seencer kamu, win!” telingaku belum menangkap apa yang dimaksud mereka. “Kenapa baru menghafal sekarang? yaudah ayo dimulai belajarnya, ntar dilanjutin lagi bikin hafalannya. Key?!” sahutku melihat matahari yang sudah mau naik ketengah-tengah langit itu. Belajar kelompok itu pun kumanfaatkan untuk melakukan tanya jawab dengan teman-teman dan mencoba mengira-ngira apa yang akan keluar di ujian nanti. 
Keesokan harinya, aku sengaja berangkat lebih awal dibandingkan sebelumnya agar ujian nanti tidak terlalu tegang. Bel pun berbunyi dan masing-masing dari kami menempati tempat duduk masing-masing. Selama ujian berlangsung, Alhamdulillah aku bisa menjawab dengan lancar walaupun ada beberapa soal yang tidak terjawab. Tapi, perhatianku jadi terpecah melihat beberapa orang temanku melakukan kecurangan dengan cara menyontek catatan. Bingung, Kesal, Iri, atau jengkel bercampur aduk di pikiranku. Mungkin itu karena aku sangat membenci kecurangan apalagi saat ujian. Bukan berlagak sok suci, tapi mengingat pengalaman buruk di masa SMP dulu, yang karena kecurangan seseorang bisa membanting posisi peringkatku dan membuat beasiswaku dicabut dan akhirnya orang tuaku bertambah lah beban pengeluarannya. Maklumlah kami, 4 bersaudara sekolah semua, jadi paling tidak aku harus mampu meringankan beban orang tua. Ya..bingung karena yang melakukannya adalah teman sendiri mau diadukan sepertinya tidak „setia kawan“ atau disebut anak kecil mungkin. Hal ini mungkin menjadi sebuah kebiasaan, dan menjadi bingkai buruk pendidikan di Indonesia. Kecurangan, Menyontek mungkin adalah sebuah tindakan yang dianggap biasa dan sepele. Tapi di sini ada hal yang sangat mendasar dimana peraturan diinjak-injak, penghalalan segala cara dan merugikan orang lain. Bukan mustahil jika kecurangan di sekolah menjadi sebuah background para koruptor yang kerap melakukan penipuan-penipuan negara. Mungkin ujian akhir nasional bukanlah ujian sebenarnya, ujian sebenarnya adalah apakah kita masih menganggap Allah itu melihat kita dan mengetahui apa saja yang kita lakukan di dunia ini. Apakah kita masih bisa bertahan dari godaan, sementara disekeliling kita banyak orang-orang yang melakukan tindakan-tindakan tercela, dan mungkin apakah kita bisa memahami arti sebenarnya dari kesetiakawanan yang kebanyakan orang salah mengartikannya. Kesetiakawanan itu adalah mengatakan salah jika teman kita salah dan mendukungnya jika teman kita benar, sederhananya sih seperti itu, tapi kali ini aku tidak bisa melakukannya. Ya... aku hanya bisa pasrah setelah usaha belajar aku lakukan, yang jelas aku masih bisa bersyukur bahwa aku masih menganggap Allah lah yang mengawasiku.
Buat Teman-teman kelas tiga, semoga sukses menghadapi ujian!! Semangat!!

Rabu, 15 April 2009

Pemilu 2009

pemimRuwet-ruwet ...penilu 2009 dirasa banyak orang penuh dengan berbagai macam persoalan. Mulai dari DPT (daftar pemilih tetap) sampai suap menyuap pun terjadi. Kalo yang KKn anggota DPR sih masih bisa diadili kalo masyarakat secara berjamaah...terang-terangan menerima uang agar memilih caleg atau wakil dari partai tertentu...gimana tuh? Siapa yang bakal mengusut. Sedemikian murahnya negeri ini dijual, hanya modal 10ribu perorang seorang caleg bisa lolos menjadi wakil rakyat. Begtu malang, bukan orang yang nerima uang, tapi negara ini begitu malang, kurangnya kesadaran rakyat untuk menjadi rakyat yang bersih serta memilih wakil yang bersih menjadikan negeri ini tergadai kepada orang-orang yang tidak bertanggung jawab.
Karena itu, para pemimpin
dan orang-orang yang dipimpin harus memahami hakikat kepemimpinan dalam
pandangan Islam yang secara garis besar dalam lima lingkup.
1. Tangung Jawab, Bukan Keistimewaan.
Jabatan dalam semua level atau tingkatan bukanlah suatu keistimewaan sehingga
seorang pemimpin atau pejabat tidak boleh merasa menjadi manusia yang
istimewa sehingga ia merasa harus diistimewakan dan ia sangat marah bila
orang lain tidak mengistimewakan dirinya.

2. Pengorbanan, Bukan Fasilitas
Menjadi pemimpin atau pejabat bukanlah untuk menikmati kemewahan atau
kesenangan hidup dengan berbagai fasilitas duniawi yang menyenangkan, tapi
justru ia harus mau berkorban dan menunjukkan pengorbanan, apalagi ketika
masyarakat yang dipimpinnya berada dalam kondisi sulit dan sangat sulit.
3. Kerja Keras, Bukan Santai.
Para pemimpin mendapat tanggung jawab yang besar untuk menghadapi dan
mengatasi berbagai persoalan yang menghantui masyarakat yang dipimpinnya
untuk selanjutnya mengarahkan kehidupan masyarakat untuk bisa menjalani
kehidupan yang baik dan benar serta mencapai kemajuan dan kesejahteraan.
Untuk itu, para pemimpin dituntut bekerja keras dengan penuh kesungguhan dan
optimisme
4. Kewenangan Melayani, Bukan Sewenang-Wenang.

Pemimpin adalah pelayan bagi orang yang dipimpinnya, karena itu menjadi
pemimpin atau pejabat berarti mendapatkan kewenangan yang besar untuk bisa
melayani masyarakat dengan pelayanan yang lebih baik dari pemimpin
sebelumnya, Rasulullah Saw bersabda: Pemimpin suatu kaum adalah pelayan
mereka (HR. Abu Na'im)

Oleh karena itu, setiap pemimpin harus memiliki visi dan misi pelayanan
terhadap orang-orang yang dipimpinnya guna meningkatkan kesejahteraan
hidup, ini berarti tidak ada keinginan sedikitpun untuk menzalimi rakyatnya
apalagi menjual rakyat, berbicara atas nama rakyat atau kepentingan rakyat
padahal sebenarnya untuk kepentingan diri, keluarga atau golongannya. Bila
pemimpin seperti ini terdapat dalam kehidupan kita, maka ini adalah
pengkhianat yang paling besar, Rasulullah Saw bersabda: Khianat yang paling
besar adalah bila seorang penguasa memperdagangkan rakyatnya (HR. Thabrani).

5. Keteladanan dan Kepeloporan, Bukan Pengekor.

Dalam segala bentuk kebaikan, seorang pemimpin seharusnya menjadi teladan
dan pelopor, bukan malah menjadi pengekor yang tidak memiliki sikap terhadap
nilai-nilai kebenaran dan kebaikan. Ketika seorang pemimpin menyerukan
kejujuran kepada rakyat yang dipimpinnya, maka ia telah menunjukkan
kejujuran itu. Ketika ia menyerukan hidup sederhana dalam soal materi, maka
ia tunjukkan kesederhanaan bukan malah kemewahan. Masyarakat sangat menuntut
adanya pemimpin yang bisa menjadi pelopor dan teladan dalam kebaikan dan
kebenaran.